Kali ini aku benar-benar terdiam
Tak seorangpun akan mengerti pemberat suaraku...
Bahkan kaupun tak akan selalu mengerti...
Ini semua akan kita pahami satu demi satu seiring berjalannya waktu
Dalam hatiku selalu saja ada masa lalu, sekarang dan masa depan
Seperti halnya dalam hatiku yang selalu saja ada ibu bapak dan saudara-saudaraku, istriku serta anak-anakku
Seperti halnya dalam hatiku yang selalu saja ada sahabat-sahabat masa kecilku, sahabat-sahabatku sekarang, serta sahabat-sahabat seperjuanganku di masa mendatang
Seperti halnya dalam rumahku yang selalu saja ada tumpukan buku yang aku susun rapi dan berurutan dari masa ke masa
Sekarang...
Aku terduduk di gubug tua ini bukan tak berarti
Coba kau lihat rumput di sekeliling kita yang selalu ingin tegak biarpun tiupan angin memaksanya merebah
Coba kau lihat air sungai didepan kita yang selalu berusaha mengendapkan lumpur yang membuatnya tampak tak jernih biarpun selalu saja terlarut lagi
Coba kau lihat di sebelah sana, burung semak yang terluka namun masih saja berusaha terbang tinggi untuk bertahan hidup biarpun itu membuat lukanya semakin parah
Aku belajar... iya, aku belajar...
Kali ini aku benar-benar mengerti makna lantunan suara ini...
Suara rumput liar yang terhimpit berat badanku...
Suara air sungai yang terdorong ke tepian…
Suara atap gubug renta yang berusaha menahan diri untuk tidak terjatuh oleh tiupan angin
Kali ini aku mulai mengerti mengapa sungai ini tidak mudah aku lewati …
Biarpun sudah sekuat ini aku mengayuhkan dayung ditanganku...
Biarpun sudah sedetail ini aku membaca arah...
Biarpun sudah sebanyak ini pula aku membekali diri…
Kali ini aku sedikit mengerti makna tatapan itu…
Tatapan seorang tua renta yang kosong menembus angkuhnya sebuah bangunan kokoh nan megah didepannya…
Tatapan seorang anak memandang orang tua yang mengantarnya berangsur menjauh, ketika memasuki hari pertama sekolahnya
Tatapan seorang pengantin sewaktu mencium tangan orang tua yang akan ditinggalkan sendiri dirumah yang telah tua pula...
Kali ini aku tak bisa memahami banyak hal pula...
Bagaimana itu semua yang seolah sia-sia ternyata banyak berharga
Bagaimana itu semua yang seolah tangis ternyata senyum
Dan bagaimana aku bisa tidak menghargai masa lalu yang begitu indah…
Sayangku..., inilah hidupku...
Yang tidak selalu berada dalam hingar bingar keceriaan
Yang tidak selalu berada dalam sebuah kepositifan
Ataupun pula selalu dalam kemenangan...
Tak seorangpun akan mengerti pemberat suaraku...
Bahkan kaupun tak akan selalu mengerti...
Ini semua akan kita pahami satu demi satu seiring berjalannya waktu
Dalam hatiku selalu saja ada masa lalu, sekarang dan masa depan
Seperti halnya dalam hatiku yang selalu saja ada ibu bapak dan saudara-saudaraku, istriku serta anak-anakku
Seperti halnya dalam hatiku yang selalu saja ada sahabat-sahabat masa kecilku, sahabat-sahabatku sekarang, serta sahabat-sahabat seperjuanganku di masa mendatang
Seperti halnya dalam rumahku yang selalu saja ada tumpukan buku yang aku susun rapi dan berurutan dari masa ke masa
Sekarang...
Aku terduduk di gubug tua ini bukan tak berarti
Coba kau lihat rumput di sekeliling kita yang selalu ingin tegak biarpun tiupan angin memaksanya merebah
Coba kau lihat air sungai didepan kita yang selalu berusaha mengendapkan lumpur yang membuatnya tampak tak jernih biarpun selalu saja terlarut lagi
Coba kau lihat di sebelah sana, burung semak yang terluka namun masih saja berusaha terbang tinggi untuk bertahan hidup biarpun itu membuat lukanya semakin parah
Aku belajar... iya, aku belajar...
Kali ini aku benar-benar mengerti makna lantunan suara ini...
Suara rumput liar yang terhimpit berat badanku...
Suara air sungai yang terdorong ke tepian…
Suara atap gubug renta yang berusaha menahan diri untuk tidak terjatuh oleh tiupan angin
Kali ini aku mulai mengerti mengapa sungai ini tidak mudah aku lewati …
Biarpun sudah sekuat ini aku mengayuhkan dayung ditanganku...
Biarpun sudah sedetail ini aku membaca arah...
Biarpun sudah sebanyak ini pula aku membekali diri…
Kali ini aku sedikit mengerti makna tatapan itu…
Tatapan seorang tua renta yang kosong menembus angkuhnya sebuah bangunan kokoh nan megah didepannya…
Tatapan seorang anak memandang orang tua yang mengantarnya berangsur menjauh, ketika memasuki hari pertama sekolahnya
Tatapan seorang pengantin sewaktu mencium tangan orang tua yang akan ditinggalkan sendiri dirumah yang telah tua pula...
Kali ini aku tak bisa memahami banyak hal pula...
Bagaimana itu semua yang seolah sia-sia ternyata banyak berharga
Bagaimana itu semua yang seolah tangis ternyata senyum
Dan bagaimana aku bisa tidak menghargai masa lalu yang begitu indah…
Sayangku..., inilah hidupku...
Yang tidak selalu berada dalam hingar bingar keceriaan
Yang tidak selalu berada dalam sebuah kepositifan
Ataupun pula selalu dalam kemenangan...
Sayangku..., inilah hidupku...
Yang tidak selalu pintar untuk mengungkap hikmah yang ada
Yang tidak selalu dalam untuk mengungkap isi hatimu
Atau bahkan untuk mengungkap isi hatiku
Semua ini bukan tentang sebuah igauan di tengah lelap tidurku
Tetapi tentang bagaimana semua ini terus berjalan
Dan bagaimana semua ini harus dijalani dan dipelajari
Semua ini adalah tentang bagaimana kita perlu mengalami
Surat Cintaku Untukmu
---Arief---
Yang tidak selalu pintar untuk mengungkap hikmah yang ada
Yang tidak selalu dalam untuk mengungkap isi hatimu
Atau bahkan untuk mengungkap isi hatiku
Semua ini bukan tentang sebuah igauan di tengah lelap tidurku
Tetapi tentang bagaimana semua ini terus berjalan
Dan bagaimana semua ini harus dijalani dan dipelajari
Semua ini adalah tentang bagaimana kita perlu mengalami
Surat Cintaku Untukmu
---Arief---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar