Rabu, 25 Juni 2008

Untuk Mereka Yang Sudah Tua

Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula. Mengertilah, bersabarlah sedikit terhadap aku.

Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu, ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.

Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah bosan kau dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku. Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu kali kuceritakan agar kau tidur.

Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku. Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?

Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tehnologi dan hal-hal baru, jangan mengejekku. Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap "mengapa" darimu.

Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk memapahku. Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.

Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk mengingat. Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.

Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka. Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai belajar menjalani kehidupan. Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, sekarang temani aku menjalankan sisa hidupku.

Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa syukur, dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu. --end--

Tulisan ini begitu mengena, dan menginspirasikan saya sebagai seorang anak dan sekaligus sebagai seorang bapak. Oleh karena banyak sekali kesibukan sering kita lupa atau bahkan melupakan tanggung jawab kita kepada orang tua, seolah dunia tak pernah bergerak dan seolah manusia hidup selamanya. Sering kali kita berfikir terlambat, "menyadari setelah mendapatkan peringatan atau bahkan setelah semua menjadi tidak mungkin".

Saat ini orang tua saya tinggal satu, bapak saya, sedangkan Ibu telah meninggal di pertengahan tahun 2007. Setahun berselang setelah meninggalnya ibu, hampir setiap hari selama setahun ini selalu terlintas penyesalan, perasaan "nelangsa", dan ketakutan akan kekurangpedulian saya. "Memang penyesalan datangnya belakangan" dan selalu menyesakkan.

Bertahun-tahun saya sekolah hingga harus berpisah dengan orang tua, sampai saatnya bekerjapun saya masih terpisah kota dengan orang tua saya. Selama itupun saya merasa belum banyak berbuat untuk mereka, bahkan tiap kali saya pulang saya lebih banyak bersikap manja layaknya seorang anak yang ingin menunjukkan dan memamerkan banyak hal baru yang saya dapat di dunia baru saya, atau lepas dari itu hanya ingin "sambatan/mengeluh" tentang keuangan-lah kerjaan-lah rumah tangga-lah dan banyak hal lain hingga "mungkin" menambah beban pikiran mereka.

Waktu itu saya belum sadar dan "berfikir dalam" sampai akhirnya saya mendapati kabar bahwa ibu menderita kangker stadium 3B, dan "ironisnya" ibu sudah mengeluh ke saya tentang tangan kanannya yang sakit sejak setahun sebelumnya, tapi "mungkin untuk meringankan beban saya" saya bilang "paling juga rematik". Kabar itu sudah meledakkan emosi saya.

"Nak... tolong pijitin punggung ibu, rasanya panas dari semaleman baringan di sini", dan sayapun mijit punggung ibu, baru beberapa detik kemudian ibu saya tinggalkan untuk menanyakan cara baca alat perekam jantung yang dipasang di sudut kanan ranjang ibu ke seorang perawat. Setelah kembali ke ranjang ibu, beliau telah tertidur, akhirnya saya keluar ruangan. Dan itulah percakapan terakhir saya dengan ibu, dan "itu" juga permintaan terakhir ibu pada saya, dan saya tak mengerjakannya dengan "baik".

Betapa kejadian itu selalu terbayang di kepala saya, dan sanggup membuat saya menangis di tengah tawa saya. Apakah saat itu bisa diulang, apakah semuanya bisa diulang untuk diperbaiki lagi?? jawabnya jelas "TIDAK" karena dunia terus berjalan ke depan.

"Kalo bukan mulai sekarang, kapan lagi??" kita tempuh cara terbaik untuk malayani "mereka", karena sudah saatnya mereka dilayani dan sudah saatnya kita melayani. Jangan menjadi benalu selama kita hidup, "kalo bukan mulai sekarang, kapan lagi??" Fithroh manusia adalah memberi bukan hanya menerima.

UNTUK ORANG TUA KITA... DO YOUR BEST selagi masih ada kesempatan. KALO BUKAN MULAI SEKARANG, KAPAN LAGI??

Tidak ada komentar: