Senin, 19 Januari 2009

Potret Gaza


Arief Bama

Perang sementara ini telah berakhir, akan tetapi pasti akan berlangsung lagi karena memang demikianlah garis yang telah ditetapkan, sampai kemenangan akhir jaman diraih oleh para “jundallah”

Potret Gaza kini tak jauh beda dengan film-film fiksi pasca perang nuklir. Bangunan-bangunan kokoh tempat berteduh telah rata dengan tanah. Kepulan asap belum juga menyingkir dari atap langit Gaza. Laki-laki dan Perempuan berjalan tak tentu arah, berteriak memanggil nama-nama.

Di satu sisi kota terlihat anak-anak berjalan dengan tangis, mereka menangis meratapi kepergian orang tua mereka, mereka menangis karena perut mereka lapar, mereka menangis karena luka-luka yang mulai membengkak tanpa bisa terobati, mereka menangis karena tak ada yang meredakan ketakutan mereka.

Di sudut yang lain, “Allahu Akbar… Allahu Akbar…!!” Seorang renta mencoba mengumpulkan puing-puing semangat hidupnya, tubuhnya berdebu, lusuh, karena tak tersentuh air selama perang berkecamuk. Tubuh renta itu berdiri membungkuk, pandangannya menerawang ke sekeliling. “Kira-kira di sini…!” dia berucap lirih. Dengan harapan yang tersisa dia mulai mengusik puing-puing bangunan di bawahnya, mencari yang tersisa dari bongkahan tembok rumahnya, “tak tersisa…”

Namun demikian, tak satupun air mata menetes dari matanya, karena baginya ini bukan derita, akan tetapi sebuah jalan yang baik untuk menghadap Allah nantinya. Hukum manusia akan ditegakkan atas manusia yang lain, dengan semua keterbatasannya. Akan tetapi hukum Allah akan ditegakkan dengan mutlak tanpa keterbatasan.

Tidak ada komentar: