Senin, 07 April 2008

Sebuah Wacana Hidup

oleh A. Indah Arifuddin Bama

Ini bukanlah tulisan yang melalui proses editing ataupun penyuntingan. Ini adalah ungkapan spontan dari seorang Arif dengan jari diatas keyboard, mata lurus ke layar monitor, dan pikiran fokus ke alam konseptual.

Ini adalah sebuah "self talking" yang mungkin akan selamanya menjadi sebuah pegangan.

Sebagai manusia yang "hidup" dan "diberi hidup" oleh Yang Maha Hidup, sudah tentu "cukup cerdas" untuk menjalani "sebuah kehidupan".

Sebagaimana telah diterangkan dalam kisah penciptaan Nabi Adam as, bahwa malaikatpun mengakui kelebihan manusia, dan bahwa manusia memiliki kemampuan berfikir yang ter"KONSEP". Manusia bisa berkembang dengan modal daya berfikirnya tersebut. Demikian Allah menciptakan kelebihan relatif pada manusia atas makhluk lain. Dan ternyata "Konsep" itu pulalah yang seharusnya kita jadikan "dasar berfikir" untuk menjalankan tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi, dan juga sebagai hamba Allah yang taat.

Kita kupas sejenak tentang "konsep".
Konsep merupakan suatu "bentuk", "map", "peraturan", "tujuan", "visi", "misi", "keinginan", "cita-cita" dan banyak hal lain yang kita "SATUKAN" untuk menjadi sesuatu yang "BERTUJUAN, TERSTRUKTUR, RAPI, DAN BERDASARKAN PADA..."

Dengan demikian jelas manusia diciptakan untuk "Bertujuan, berstruktur, teratur, dan memiliki pedoman yang haq" (sungguh merugi manusia yang tidak menyadari akan tujuannya dan juga pedoman yang haq untuk hidupnya).

Penentuan Tujuan

Pengantar

Manusia hidup pasti memiliki tujuan, begitu juga saya. Dalam sebuah pelatihan corporate culture programme, atau yang biasa pakai program motivasi, banyak diungkapkan bahwa "setiap orang ingin sukses dan sukses adalah tujuan seseorang dalam hidup. Anda ingin kaya pikirkanlah KAYA, anda ingin sekolah pikirkanlah SEKOLAH". Oke, saya ingin sekali jadi orang sukses maka saya fokuskan pikiran untuk jadi orang sukses.

Di lain kesempatan, seorang teman berkata "setelah kita sukses dan KAYA RAYA, SEKOLAH TINGGI, DAN MENJADI ORANG BERPENGARUH DI DUNIA, lantas apa yang kita lakukan? Mobil paling mahal di dunia sudah ada 2 di garasi rumah, rumah sudah ada di setiap benua bahkan yang terakhir dibeli berada di tengah laut dengan pulau buatan yang sangat indah, tentang istri, Paris Hilton hari Senin kesini untuk melamar, aku tolak, Hari Selasa giliran Jelena Jankovic dan Maria Sharapova yang bertanding untuk berebut melamar aku, Hari Rabu idolaku waktu aku masih miskin si seksi Angelina Jolie datang menawarkan diri, Hari Kamis si Bunga Citra Lestari ngajak kencan. Semua aku TOLAK, karena SUDAH BOSAN atau mungkin TERLALU MUDAH dan TAK MENANTANG. Lantas apa yang ditunggu... karena semua sudah MUDAH dan tak menarik, tentu saja kematian, karena itu satu2nya hal yang belum bisa dikendalikan bahkan disaat kita suksespun.

Dari sini kita bisa berfikir bahwa dari semua kehidupan ini ada satu yang pasti, "Kematian", dengan adanya kematian itu target dunia kita semua ternafikan. Hidup menjadi menarik karena ada kebutuhan, dan kebutuhan terus ter-up grade sesuai dengan tingkatan kita. Tapi ada satu kebutuhan yang bener-bener mutlak, yaitu kebutuhan akan suatu konsep kehidupan untuk kematian.

Kembali ke tujuan hidup

Terlalu pendek jika kita berfikiran akan tujuan2 hidup di dunia, karena itu semua "mudah" karena di dunia berlaku hukum alam (sunnatullah), yang biasa juga disebut hukum sebab akibat. Ingin pintar belajar, ingin berhasil harus berusaha, pisau tajam, es dingin, dll tinggal sejauh mana kecerdasan dan kesabaran kita. Tapi apa yang terjadi dengan kebutuhan setelah kematian, karena hal itu juga penentuannya adalah di dunia.

Kesimpulannya... tujuan hidup manusia harus lebih panjang dari hanya kepuasan di dunia, tapi sewajarnya dan mutlaknya menyangkut kepuasan di hidup selanjutnya juga.

Hilang konsentrasi... to be continued aja deh...

Tidak ada komentar: