Beberapa hari yang lalu sewaktu saya baca-baca Kitabullah Al-Qur’anul Karim, kebetulan tepat pada
Flashback sedikit ke hari-hari sebelumnya. Bahwa akhir-akhir ini saya merasa “kering” dalam arti kurang siraman rohani, semangat tuma’ninah dan istiqomah terasa mulai terkikis secara gak sadar. Sholat mulai berantakan, hati menjadi keras, semangat belajar hilang sama sekali, mata hati menjadi sulit memisahkan yang haq dan yang bathil. Apa yang sudah terjadi pada diri saya? Hal buruk apa yang telah saya lakukan?
Berangkat dari sini, saya merasa harus segera berbenah, dan subhanallah, Allah memberikan banyak sekali petunjuk dengan cara-caraNya yang selalu unik dan tak terduga. Salah satunya yang cukup menguatkan adalah langsung lewat Al-Qur’an. Edisi baca Al-Qur’an kali ini saya mendapat hal berharga (bukan berarti edisi yang lain tidak).
Adalah Surah Al-Isro’ (walaupun juga ada di surat-surat yang lain secara terpisah), saya menemui ringkasan jelas mengenai amalan manusia yang sangat dibenci oleh Allah ‘azza wajalla. Sayangnya, akhir-akhir ini, amalan-amalan buruk ini sering saya temui disekeliling saya, mungkin juga di sekeliling Anda, baik itu kita sendiri ataupun orang lain sebagai subjeknya, na’udzubillah.
Amalan-amalan tersebut antara lain,
1. Menyekutukan Allah, Al-Isro’ ayat 22:
“Janganlah kamu adakan Tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah)
2. Berlaku kasar dan menyakiti kedua orang tua, Al-Isro’ ayat 23 dan 24:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia”
dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil"
3. Menghamburkan harta dengan boros, Al-Isro’ ayat 26 dan 27:
dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
4. Berucap kasar kepada orang miskin ataupun orang2 lain yang berhak menerima pemberian dari kita, Al-Isro’ ayat 28:
dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas
Maksudnya: apabila kamu tidak dapat melaksanakan perintah Allah seperti yang disebut di ayat sebelumnya (memberikan hak orang miskin, ibnu sabil, dll), maka Katakanlah kepada mereka Perkataan yang baik agar mereka tidak kecewa lantaran mereka belum mendapat bantuan dari kamu. dalam pada itu kamu berusaha untuk mendapat rezki (rahmat) dari Tuhanmu, sehingga kamu dapat memberikan kepada mereka hak-hak mereka.
5. Bakhil (kikir), Al-Isro’ ayat 29:
dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya (kikir dan terlalu boros) karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal
6. Membunuh anak sendiri karena takut kemiskinan (ini banyak dilakukan orang2 dahulu, terutama untuk anak perempuan. Akan tetapi saat ini juga banyak kita temui orang membunuh anaknya sendiri karena khawatir mengurangi “jatah makannya”, nau’dzubillah “hewani sekali”), Al-Isro’ ayat 31:
dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar
7. Berzina, walaupun hanya “mendekati”, Al-Isro’ ayat 32:
dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.
8. Membunuh sesama muslim, Al-Isro’ ayat 33:
dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar (maksudnya yang dibenarkan oleh syara' seperti qishash membunuh orang murtad, rajam dan sebagainya). dan Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan (maksudnya: kekuasaan di sini ialah hal ahli waris yang terbunuh atau Penguasa untuk menuntut qishash atau menerima diat. qishaash ialah mengambil pembalasan yang sama. qishaash itu tidak dilakukan, bila yang membunuh mendapat kema'afan dari ahli waris yang terbunuh Yaitu dengan membayar diat (ganti rugi) yang wajar. pembayaran diat diminta dengan baik, umpamanya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang membunuh hendaklah membayarnya dengan baik, umpamanya tidak menangguh-nangguhkannya. bila ahli waris si korban sesudah Tuhan menjelaskan hukum-hukum ini, membunuh yang bukan si pembunuh, atau membunuh si pembunuh setelah menerima diat, Maka terhadapnya di dunia diambil qishaash dan di akhirat Dia mendapat siksa yang pedih. diat ialah pembayaran sejumlah harta karena sesuatu tindak pidana terhadap sesuatu jiwa atau anggota badan) kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.
9. Memakan harta anak yatim, Al-Isro’ ayat 34:
dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.
10. Berlaku curang dalam berdagang, Al-Isro’ ayat 35:
dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
11. Mengikuti ajaran tanpa dasar pengetahuan yang jelas (termasuk hal-hal syubhat), Al-Isro’ ayat 36:
dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
12. Sombong dan Congkak, Al-Isro’ ayat 37:
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.
Dari beberapa hal yang tersebut dalam Surah Al-Isro’, saya bermuhasabah untuk diri saya sendiri (sebatas hal-hal besar yang dengan jelas bisa direcord indera manusia). Sayangnya, walaupun itu hanya hal2 yang bisa dijudge secara manusiawi, banyak sekali “borok” saya yang mungkin juga bisa berakibat infeksi dan menggelapkan cermin hati. Dan parahnya lagi, borok ini sudah stadium akut. Astaghfirullah… semoga Allah mengampuni saya.
Bakhil… masya Allah… saya merasa tertohok dan seperti sedang dikursi pesakitan (mungkin tinggal nunggu waktu saja, disaat saya dipanggil oleh Allah pasti saya berada di kursi pesakitan untuk masalah ini).
Sombong… apalagi yang satu ini, astaghfirullah.
Berlaku curang dalam berdagang (saat ini istilah kerennya berbisnis). Nah, kena lagi deh! Sadar atau tidak sadar kadang saya “ngentengno” (menganggap enteng) hal-hal yang “orang lain sentries” dan cenderung menghitung yang menguntungkan diri sendiri. Semoga tidak terulang untuk seterusnya.
Dan masih banyak lagi yang lain.
Masya Allah, betapa banyak yang harus saya pertanggungjawabkan nantinya. Setelah muhasabah “kasaran” ini mungkin rapor saya merah semua, terbakarlah saya nantinya jika tak segera bertaubat. Tapi, apakah melakukan “taubat” itu semudah saya mengucapkannya? Semoga saja!!!!!!